Strategi
Bisnis Internasional. Organisasi Basic Approach: Etnosntrism Vs Polisentrism
Strategi
Bisnis Internasional
Strategi bisnis internasional memiliki ciri-ciri
yang unik. Dalam menerapkan strategi tingkat bisnis internasional, kegiatan
operasional suatu negara asal seringkali menjadi sumber keunggulan kompetitif
yang paling penting. Sumber daya dan kapabilitas yang dibangun di negara asal
secara berkala memungkinkan perusahaan menerapkan strategis tersebut di dalam
pasar-pasar yang berlokasi di negara lain.
Michael Porter mengembangkan suatu jenis
model yang menjelaskan faktor- faktor yang turut menentukan keunggulan
perusahaan dalam industri global yang dominan dan berkaitan dengan negara atau
lingkungan regional tertentu.
Faktor
produksi adalah input yang diperukan untuk bersaing di setiap industri seperti
tenaga kerja, tanah, sumber daya alam, modal, dan infrastruktur lainnya (misal,
jalan tol, sistem pos, dan komunikasi) tentu saja, terdapat faktor-faktor dasar
(misal, sumberdaya alam dan tenaga kerja) dan maju (misal, sistem komunikasi
digital dan tenaga kerja berpendidikan tinggi). Juga terdapat faktor-faktor umum
(sistem jalan tol, dan pemasokan modal utang) dan khusus (tenaga kerja yang
ahli dalam menangani bahan kimia dalam jumlah banyak). Jika suatu negara
memiliki faktor-faktor produksi maju dan khusus sekaligus, maka negara tersebut
dapat melayani dengan baik para pesaing dalam negeri, sekaligus pesaing global.
Akan tetapi yang terjadi adalah negara-negara yang mengembangkan faktor-faktor
yang sudah maju dan khusus karena mereka kekurangan sumber daya alam.
Dimensi
kedua, yaitu kondisi-kondisi permintaan, ditandai oleh sifat dan ukuran dari
kebutuhan para pembeli di pasar tuan rumah untuk barang-barang dan jasa
industri. Kecilnya ukuran segmen pasar dapat menghasilkan permintaan yang diperlukan
untuk menciptakan dengan skala efisien. Efisiensi ini dapat menghasilkan
dominasi terhadap industri di negara-negara lain. Permintaan khusus juga dapat
menciptakan peluang-peluang di luar jangkauan batas-batas nasional. Misal,
perusahaan Swiss telah lama memimpin dunia peralatan pembuatan terowongan
karena kebutuhan untuk menggali terowongan yang melalui gunung-gunung untuk
kereta api dan jalan raya di Swiss.
Industri-industri
pendukung dan berkaitan mewakili dimensi ketiga dari model tersebut. Pasokan
kulit yang dibutuhkan oleh Italia yang merupakan pemimpin industri sepatu sudah
diolah dengan industri pemrosesan kulit yang sudah mapan. Juga banyak orang
pergi ke Italia untuk membeli produk-produk kulit. Jadi ada dukungan
distribusi. Selain itu terdapat industri-industri pendukung mesin pengolah
kulit dan jasa desain turut menyumbang keberhasilan industri sepatu tersebut.
Strategi,
struktur, dan persaingan perusahaan juga menentukan pertumbuhan industry
tertentu. Pola strategis, struktur, dan persaingan antara perusahaan sangat bervariasi
antara satu negara dengan negara lain. Contoh: di Jepang dan AS banyak diberikn
perhatian untuk mengkaji para manajer perusahaan; Di Jerman sistem pelatihan
teknis ditekankan pada produk metodologis dan perbaikan proses; Pesaingan
antara pabrikan komputer dan produsen perangkat lunak telah berdampak positif
bagi perkembangan industri tersebut.
Empat
dimensi di atas menekankan pada ciri-ciri lingkungan atau struktural dari
perekonomian nasional yang turut menentukan keunggulan nasional. Kebijakan
pemerintah juga turut menentukan keberhasilan dan kegagalan banyak perusahaan
dan industri. Namun demikian, setiap perusahaan harus menciptakan kesuksesannya
sendiri, tidak semua perusahaan dapat bertahan dalam menjadi pesaing global,
bahkan mereka yang beroperasi dengan faktor-faktor negara sama yang
memperbanyak perusahaan-perusahaan yang sukses. Oleh karena itu, pilihan-pilihan
strategis aktual yang dibuat oleh manajer mungkin menjadi alasan yang paling
menentukan keberhasilan dan kegagalan. Selain itu empat dimensi di atas
memungkinkan menghasilkan keunggulan kompetitif bagi sebuah perusahaan hanya
ketika sebuah strategi yang tepat dikembangkan dan diterapkan, yaitu strategi
mengambil keuntungan dari faktor-faktor negara yang berbeda. Oleh karena itu,
empat bagian berikutnya akan menjelaskan tentang kepemimpinan biaya, diferensiasi,
kepemimpinan biaya terfokus, diferensiasi terfokus, dan strategi generik
diferensiasi/kepemimpinan biaya terintegrasi dalam konteks internasional.
Strategi
biaya rendah internasional berpeluang berkembang di negara yang permintaannya
besar. Biasanya, kegiatan operasi industri ini dipusatkan di negara asal, dan
tujuan utamanya adalah mendapatkan skala ekonomi. Strategi ini dilakukan dengan
melakukan penambahan kegiatan operasi berbiaya rendah yang dikerjakan oleh
pihak di luar perusahaan, tetapi kegiatan operasi yang bernilai tambah tinggi
tetap dipertahankan di negara asalnya. Oleh karena itu, biasanya produk-produk
diekspor dari negara asal. Salah satu yang menerapkan strategi biaya rendah ini
adalah Wall-Mart. Dengan cara teknologi eceran perusahaan yang sudah maju, yang
membuat Wall- Mart memiliki jumlah barang dengan tepat di tempat yang benar,
pada saat yang tepat sambil meminimalkan biaya persediaan. Resiko yang dihadapi
oleh Wall-Mart mengenai strategi biaya rendah ini adalah berkaitan dengan
lingkungan yang ada. Sebagi contoh Wall-Mart perlu belajar dengan cepat
memahami pasar di Eropa yang unik.
2. Strategi
Diferensiasi Internasional
Perusahaan-perusahaan
yang berbasis di sebuah negara yang memiliki kemampuan khusus dan sudah maju
cenderung mengembangkan strategi diferensiasi internasional. Sebagai contoh
adalah Jerman dengan industry perusahaan-perusahaan kimia. Jerman sangat
mendukung diferensiasi dengan bekerjasama dengan institute Kaiser Wilhelm dan
program-program kimia di universitas-universita superior di bidang penelitian
dan memberikan pendidikan kimia terbaik di dunia. selai itu Jerman juga
menekankan pendidikan kejuruan mengembangkan keahlian untuk para pekerja. Perusahaan
dapat mendiferensiasi produk-prodk dan jasa mereka melalui karakteristik fisik.
Namun demikian, mereka juga dapat mendiferensiasi produkproduk mereka dalam
benak pelanggan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan membuat iklan-iklan produk
mereka, sehingga image para konsumen dapat tercipta.
3. Strategi
Fokus internasional
Banyak
perusahaan tetap memusatkan perhatiannya pada celah-celah pasar ketika
menerapkan strategi fokus internasional. Perusahaan-perusahaan dalam suatu
kelompok cenderung menanamkan dananya pada iklan dan eksposisi ruang pamer
dalam industri keramik di Italia. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk menarik
perhatian dari para pelanggan dengan selera terpilih, mereka menekankan strategi
terfokus. Citibank telah mengubah 83 cabang yang dioperasikannya di Spanyol menjadi
pusat-pusat informasi produk. Dalam setiap lokai pelanggan dapat mengakses ke
sebuah sistem komputer yang membantu mereka menentukan tingkat resiko yang
diinginkan.
4. Strategi
Kepemimpinan Biaya/Diferensiasi Integratif Internasional
Strategi
integrative ini popular karena sistem manufaktur yang fleksibel, memperbaiki
sistem informasi dalam dan lintas perusahaan, dan sistem kendali kualitas
total. Luasnya ragam pasar dan pesaing, menjalankan strategi integrative semakin
menjadi hal yang penting dalam banyak pasar global. Sebab itu, bersaing dalam
pasar global memerlukan manajemen yang caggih dan efektif. Komatsu berhasil
bersaing dengan Caterpillar dengan melakukan sistem kepemimpinan biaya
diferensiasi yang integrative. Walaupun Caterpillar memiliki citra merek yang
kuat di pasar-pasar dunia, tetapi Komatsu berhasil mengatasi ini dengan keunggulan
diferensiasi, dengan memperbaiki citranya dan mengurangi biaya-biaya.
-
Strategi Tingkat-Perusahaan
Internasional
Strategi
tingkat perusahaan internasional memusatkan perhatian pada ruang lingkup
kegiatan operasi, baik untuk diversifikasi produk maupun diversifikasi
geografis. Strategi tingkat perusahaan internasional diperlukan ketika
perusahaan beroperasi dalam industri majemuk dan dalam bebagai wilayah atau negara.
Strategi ini diarahkan oleh unit kantor pusat, dan bukan oleh para manajer
bisnis atau negara. Tiga strategi negara tersebut adalah strategi domestik
majemuk, global dan transnasional.
a. Strategi
Multidomestik
Adalah sebuah strategi yang
keputusan-keputusan strategis dan operasinya didesentralisasikan ke unit-unit
bisnis strategis di setiap negara untuk menyesuaikan produk-produk ke pasar
lokal. Sebuah strategi domestik majemuk fokus pada persaingan yang terjadi
dalam setiap negara. Strategi ini mengasumsikan bahwa pasar-pasar tersebut
berbeda dan oleh karenanya disegmentsikan menurut batas-batas negara. Kebutuhan
dan keinginan, kondisi industri (misal, jumlah dan tipe pesaing), struktur
hukum dan politik, dan norma-norma sosial bervariasi di setiap negara. Strategi
ini memberikan peluang untuk memproduksi produk berdasarkan pesanan untuk
memenuhi kebutuhan dan pilihan spesifik dari pelanggan lokal. Oleh karena itu,
mereka harus mampu memaksimalkan daya tanggap kompetitif perusahaan terhadap
kebutuhan khas di setiap pasar. Penggunaan strategi ini dapat memperluas pangsa
pasar lokal perusahaan karena perhatian yang diperhatikan kepada klien-klien
lokal. Namun demikian strategi ini juga banyak memberikan ketidakpastian bagi
perusahaan secara keseluruhan, Karena perbedaan-perbedaan lintas pasar dan
karenanya diterapkan strategi yang berbeda untuk setiap unit negara lokal.
Strategi ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan multinasional Eropa
karena beragamnya pasar dan budaya yang terdapat di Eropa.
b. Strategi
Global
Strategi global
mengasumsikan produk-produk yang lebih distandarisasi dan kontrol oleh kantor
pusat. Akibatnya, strategi kompetitif disentaralisasi dan dikontrol oleh kantor
pusat. Unit-unit bisnis strategis yang beroperasi di setiap negara diasumsikan
saling tergantung (interdependent), dan kantor pusat berusaha untuk menyatukan
bisnis-bisnis yang tersebar di negara-negara tersebut. Oleh Karena itu,
strategi ini menawarkan produk-produk standar ke berbagai pasar di negara-negara
yang berbeda dan strategi kompetitif ini ditentukan oleh pusat. Jadi strategi
global menekankan pada skala ekonomi dan menawarkan lebih banyak peluang untuk
mendayagunakan inovasi yang dikembangkan pada tingkat perusahaan atau dalam
sebuah negara atau di pasar-pasar lainnya. Strategi global memiliki resiko yang
rendah, tetapi dapat melewatkan peluang-peluang yang tumbuh di pasar-pasar
lokal, baik karena pasar-pasar itu tidak menunjukkan adanya peluang atau karena
peluang-peluang itu mengharuskan produk-produk tersebut disesuaikan pada pasar
lokal. Akibatnya srategi ini tidak responsive terhadap pasar-pasar lokal dan
sulit dikelola karena kebutuhan untuk mengkoordinasi strategi-strategi tersebut
dan mengoperasikan keputusan lintas negara. Akibatnya, pencapaian kegiatan operasi
yang efisien perlu berbagi sumber daya dan penekanan diberikan pada koordinasi
dan kerjasama antar unit di lintas negara tersebut. Strategi ini banyak
diterapkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang.
c. Strategi
Transnasional
Strategi ini berusaha
mencapai efisiensi global sekaligus daya tanggap lokal. Mewujudkan kedua tujuan
ini tidak mudah. Tujuan yang satu menuntut ditutupnya koordinasi global,
sementara yang lain memerlukan fleksibilitas lokal. Oleh karenanya diperlukan
“koordinasi fleksibel” yang diyakini dan disepakati bersama. Segi positif dari
penerapan strategi ini adalah seringkali menghasilkan kinerja yang lebih tinggi
daripada strategi multidomestik dan strategi global. Walaupun sulit diterapkan,
penekanan pada kebutuhan efisiensi global semakin meningkat ketika semakin
banyak industri yang mengalami persaingan global. Selai itu, persyaratan lokal
juga meningkat: barang-barang dan jasa global seringkali memerlukan standar
tertentu untuk memenuhi peraturan pemerintah di negara tertentu atau untuk memenuhi
cita rasa dan pilihan pelanggan. Juga sebagian besar perusahaan multinasional
yang ingin mencapai koordinasi tertentu dan berbagi pemakaian sumber daya
lintas pasar negara, menjaga supaya biaya-biaya mereka tetap rendah.
Organization
Basic Approach
Tiga
pendekatan utama dalam mengatur dan mengelola tenaga kerja suatu perusahaan
(khususnya perusahaan multinasional):
a. Pendekatan etnosentris sangat
menggantungkan pada faktor kultural dan sosial negara asal, yang berpengaruh
kuat terhadap kekuatan finansial perusahaan induk. Untuk meminimalisasi
pengeluaran, mayoritas perusahaan internasional menggunakan tenaga kerja dalam
negeri, walaupun belum tentu mereka memiliki skill yang lebih baik dibandingkan
tenaga kerja dari luar negeri. Keuntungan
yang dapat diperoleh dari penggunaan pendekatan ini adalah adanya force-fitting
dalam bentuk standardisasi kebijakan penempatan staf, sehingga tercipta alur
yang sistematis dalam perusahaan (Sullivan,2007). Contoh perusahaan
multinasional yang menggunakan sistem ini ialah Apple Corporation, yang mencoba
untuk memaksimalkan penjualan sesuai dengan selera konsumen (Sullivan,2007).
b. Pendekatan
polisentris yang menitikberatkan pada perekrutan tenaga kerja
local dari salah satu cabang perusahaan multinasional. (Sullivan,2007) Sistem
yang berbanding terbalik dengan pendekatan etnosentris ini beradaptasi pada
latar belakang kultural dan sosial di negara cabang perusahaan. Keuntungan yang
diperoleh ialah adanya kemudahan dalam proses pemasaran dan kontrol produksi.
Namun, gaji yang diberikan kepada para manajer lokal akan lebih sedikit secara
signifikan dibanding menggunakan manajer yang langsung dikirim dari home country,
karena adanya hambatan lisensi dan persaingan perusahaan yang tidak sehat.
(Sullivan,2007).
c. Pendekatan
geosentris, yang sangat berbeda dari pendekatan sebelumnya.
Sebagai pendekatan transnasional, geosentris menyempurnakan konsep etnosentris
dan polisentris melalui faktor struktural dan holistik dari seorang individu
(tidak lagi dipandang secara kultural maupun sosial). (Sullivan,2007)
Pendekatan ini tidak mudah untuk diterapkan karena membutuhkan kapabilitas yang
tinggi dalam menyatukan gap antara teori dan realita yang dihadapkan pada
politik dan budaya yang berbeda antarperusahaan (Sullivan,2007). Walaupun
pendekatan geosentris sangat lemah dalam menyatukan cara pandang dalam membuat
keputusan perusahaan, pendekatan tersebut tetap menunjukkan kapasitas variatif
yang patut diperhitungkan dalam pasar internasional. Salah satu perusahaan yang
menerapkan sistem ini ialah perusahaan printer Canon. (Sullivan,2007).
Di antara tiga pendekatan ini, kesimpulannya
tergantung dari strategi internal suatu perusahaan. Pendekatan yang paling
efektif tidak dapat diukur secara pasti karena seringkali perusahaan
multinasional menggunakan lebih dari satu pendekatan. Tentunya, hal ini sangat
berpengaruh terhadap peran dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia suatu
perusahaan. Peran maksimal manajemen sumber daya manusia berawal dari proses
persiapan dan seleksi tenaga kerja; rekrutmen dan seleksi (kuantitas
karyawan/pekerja); pelatihan, pengembangan, dan penilaian prestasi
(kapabilitas, kapasitas, dan kualitas karyawan/pekerja); sampai pada promosi,
pemindahan, dan pemisahan (berpengaruh pada intensitas/tingkat loyalitas dan
komitmen karyawan/pekerja terhadap suatu perusahaan).
Formulasi
Strategi Bisnis Internasional
Perumusan
Visi dan Misi
Untuk berhasil dalam persaingan pasar globlal
sekarang ini, suatu perusahaan yang go internasional tentunya harus mampu
mengatur perencanaan strategisnya secara cermat demi menghadapi
tantangan-tantangan global yang ada di depan mata. Sasaran dari strategi
internasional adalah untuk mencapai dan mempertahankan posisi kompetitif yang
unik dan bernilai baik di dalam suatu negara maupun secara global, posisi yang
disebut sebagai keunggulan kompetitif atau competitive advantage (Ball, 2007:
169).
Langkah awal dalam membuat strategi
internasional adalah perumuskan visi dan misi perusahaan. Visi adalah pandangan
jauh ke depan, kemana perusahaan-perusahaan tersebut akan dibawa atau gambaran
apa yang diinginkan oleh perusahaan. Visi perusahaan akan menunjukan suatu
kondisi ideal tentang masa depan yang realistis, dapat dipercaya, meyakinkan,
serta mengandung daya tarik.
Visi
ditetapkan bertujuan untuk:
a. Mencerminkan
sesuatu yang akan dicapai perusahaa
b. Memiliki
orientasi pada masa depan perusahaan
c. Menimbulkan
komitmen tinggi dari seluruh jajaran dan lingkungan perusahaan
d. Menentukan
arah dan fokus strategi perusahaan yang jelas
e. Menjamin
kesinambungan kepemimpinan organisasi perusahaan
Dan dalam penetapan
visi perusahaan harus memenuhi
persyaratan dan kriteria visi perusahaan antara lain :
a. Dapat
dibayangkan oleh seluruh jajaran organisasi perusahaan
b. Dapat
dikomunikasikan dan dapat dimengerti oleh seluruh jajaran organisasi perusahaan
c. Berwawasan
jangka panjang dan tidak mengabaikan perkembangan zaman
d. Memiliki
nilai yang memang diinginkan oleh anggota organisasi perusahaan.
Sedangkan misi adalah
tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk mewujudkan atau merealisasikan apa
yang menjadi visi dari perusahaan. Misi berfungsi sebagai landasan kerja yang
harus diikuti dan didukung oleh seluruh personil perusahaan. Misi usaha sangat
membantu dalam mengembangkan perusahaan , diantaranya :
a. Memberikan
arah usaha
b. Memfokuskan
langkah-langkah yang akan diambil
c. Objektif,
target dan program perusahaan dirancang berdasarkan misi yang sudah dibentuk
d. Membimbing
aksi dalam berbagai tingkat
e. Membantu
mencegah karyawan agar tidak salah melangkah
Identifikasi
Core Competency Dan Value
Core
competencies adalah keunggulan – keunggulan yang dimiliki suatu perusahaan
dibandingkan dengan pesaingnnya, dimana keunggulan inilah yang membuat produk
perusahaan tersebut lebih bernilai. Hal ini menjadi suatu persyaratan penting
bagi perusahaan yang ingin menciptakan nilai dan memenangkan persaingan di
pasar.
Konsep yang
pertama kali diperkenalkan oleh Prahalan dan Gary Hamel pada sebuah literature
di tahun 1990 bertajuk “The Core Competence of the Corporation”. Terungkap
bahwa dalam jangka panjang, tingkat persaingan ditentukan oleh kemampuan dalam
membangun core competence, dengan biaya yang lebih rendah dan lebih cepat dari
pesaing. Core competence sendiri merupakan serangkaian kombinasi dari skill,
knowledge maupun attitude. Terdapat 3 pengujian untuk identifikasi suatu core
competence:
a.
Menyediakan akses terhadap berbagai pasar yang luas
dan potensial
b.
Memberikan kontribusi yang signifikan terhadap benefit
produk bagi pelanggan
c.
Sulit dicopy/ jiplak/ diikuti oleh competitor.
Core
competence tidak bisa dibangun dengan mudah, melainkan melalui sebuah proses
yang continue dan dilakukan terus menerus, seluruh unit bisnis saling mendukung
sehingga strategi menjadi fokus.
Jadi
sebelum memasuki persaingan pada bisnis internasional kita harus mampu terlebih
dahulu menciptakan core competency agar nantinya mempunyai keunggulan dan nilai
untuk bersaing di rajah internasional. Apabila produk sudah memenuhi ketiga
syarat di atas, maka dapat dikatakan bahwa tersebut memiliki core competency
dan layak untuk maju dan bersaing di pasar.
Strukturisasi dan
Organisasi
Sentralisasi dan Desentralisasi
Sentralisasi
adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil
manajer atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi.
Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum
adanya otonomi daerah.
Desentralisasi
adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada
manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur
organisasi. Pada saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang
memilih serta menerapkan sistem desentralisasi karena dapat memperbaiki serta
meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu organisasi.
a.
Organisasi menjadi lebih ramping
dan efisien. Seluruh aktivitas organisasi terpusat sehingga pengambilan keputusan
lebih mudah.
b.
Perencanaan dan pengembangan
organisasi lebih terintegrasi. Tidak perlu jenjang koordinasi yang terlalu jauh
antara unit pengambilan keputusan dan yang akan melaksanakan atau terpengaruh
oleh pengambilan keputusan tersebut.
c.
Peningkatan resource sharing dan
sinergi. Sumberdaya dapat dikelola secara lebih efisien karena dilakukan secara
terpusat.
d.
Pengurangan redundancies
aset dan fasilitas lain. Satu aset dapat dipergunakan secara bersama-sama tanpa
harus menyediakan aset yang sama untuk pekerjaan yang berbeda-beda.
e.
Perbaikan koordinasi. Koordinasi
menjadi lebih mudah karena adanya unity of command.
f.
Pemusatan expertise. Keahlian
dari anggota organisasi dapat dimanfaatkan secara maksimal karena pimpinan
dapat memberi wewenang.
Sementara kelemahan sentralisasi adalah:
a.
Kemungkinan penurunan kecepatan
pengambilan keputusan dan kualitas keputusan. Pengambilan keputusan dengan
pendekatan sentralisasi seringkali tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang
sekiranya berpengaruh terhadap pengambilan keputusan tersebut.
b.
Demotivasi dan disinsentif bagi
pengembangan unit organisasi. Anggota organisasi sulit mengembangkan potensi
dirinya karena tidak ada wahana dan dominasi pimpinan yang terlalu tinggi.
c.
Penurunan kecepatan untuk
merespon perubahan lingkungan. Organisasi sangat bergantung pada daya respon
sekelompok orang saja.
d.
Peningkatan kompleksitas
pengelolaan. Pengelolaan organisasi akan semakin rumit karena banyaknya masalah
pada level uniit organisasi yang di bawah.
e.
Perspektif luas, tetapi kurang
mendalam. Pimpinan organisasi akan mengambil keputusan berdasarkan perspektif
organisasi secara keseluruhan tapi tidak atau jarang mempertimbangkan
implementasinya akan seperti apa.
1.
Jenjang manajemen lebih sedikit (flat)
2.
Birokrasi berkurang. Pengambilan
keputusan akan berada pada unit yang sekaligus melaksanakan.
3.
Lebih responsif terhadap
perubahan. Unit organisasi akan lebih mudah menghadapi situasi terkini karena pengambilan
keputusan ada pada unit desentralisasian.
4.
Lebih mendorong kreativitas dan
pengembangan ide baru. Unit-unit organisasi yang ada akan berupaya
mengembangkan potensi dirinya.
5.
Motivasi karyawan lebih tinggi.
Anggota organisasi akan mempunyai rasa memiliki organisasi yang tinggi dan
termotivasi untuk mengembangkan dan meningkatkan kinerja unit organisasinya.
6.
Keterlibatan karyawan lebih
besar. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa partisipasi yang lebih tinggi
akan meningkatkan kinerja organisasi.
7.
Kapabilitas organisasional
meningkat. Kecakapan organisasi akan lebih meningkat karena tersedianya sumber
daya manusia yang terlatih dan teruji dalam memimpin organisasi.
Semenatara, kelemahan desentralisasi:
1. Manajer pada
tingkat yang lebih rendah dapat membuat keputusan yang tidak sejalan dengan
strategi umum perusahaan
2. Dapat
terjadi kurangnya koordinasi antar manajer
3. Manajer pada
level yang lebih rendah mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari tujuan
perusahaan secara keseluruhan
4. Dalam
organisasi terdesentralisasi, agak sulit untuk menyebarkan gagasan inovatif
secara efektif.
Koordinasi
vs Fleksibilitas
Menurut G.R. Terry koordinasi adalah suatu
usaha yang sinkron dan teratur untuk menyediakan jumlah dan waktu yang tepat,
dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan
harmonis pada sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan menurut E.F.L. Brech,
koordinasi adalah mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok dengan masing-masing dan menjaga agar kegiatan
itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu
sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Menurut Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:89)
koordinasi adalah suatu proses di mana pimpinan mengembangkan pola usaha
kelompok secara teratur di antara bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di
dalam mencapai tujuan bersama.
Sementara itu, Handoko (2003:195)
mendefinisikan koordinasi (coordination) sebagai proses pengintegrasian
tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah
(departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi secara efisien.
Alasan Diperlukannya
Koordinasi
Ada beberapa hal yang menjadi alasan mengapa koordinasi
sangat diperlukan dalam suatu organisasi, yaitu:
1. Perbedaan Sikap dan Pandangan
Seseorang
cenderung lebih dipengaruhi pandangan tujuan organisasi yang lebih langsung
menjadi tanggung jawab merekan, misal bagian pemasaran, merasa yang paling
penting adalah kegiatan pemasaran.
2. Perbedaan Orientasi Waktu
Bagian
produksi, cenderung berorientasi jangka operasional, dibanding bagian
pengembangan produk, yang cenderung berorientasi jangka panjang.
3. Perbedaan Hubungan Antara Manusia
Misalnya di
bagian produksi, yang cenderung pragmatis dan rutin, proses komunikasi kurang
berkembang, berbeda dengan bagian pemasaran, yang sangat variatif, cenderung
proses komunikasi cenderung berkembang.
4. Perbedaan Formalitas
Unit-unit
organisasi yang pada umumnya memiliki metode dan standar yang berbeda untuk
mengukur kemajuan atau hasil kerja. ada beberapa kegaitan organisasi yang dapat
secara jelas terukur baik dari segi ongkos, waktu, kualitas dan ada pula yang
tidak jelas terukurnya.
Fleksibilitas
(Flexibility) adalah kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja dengan efektif
dalam situasi yang berbeda, dan dengan berbagai individu atau kelompok.
Fleksibilitas membutuhkan kemampuan memahami dan menghargai pandangan yang
berbeda dan bertentangan mengenai suatu isu, menyesuaikan pendekatannya karena
suatu perubahan situasi, dan dapat menerima dengan mudah perubahan dalam
organisasinya.
Perubahan adalah suatu proses yang membutuhkan
fleksibilitas. Ada hal yang perlu disesuaikan dengan kondisi yang ada. Kondisi
tersebut meliputi lingkungan atau fase yang memang harus dijalani oleh manusia
itu sendiri. Setiap kondisi memiliki karakteristiknya masing-masing dan
mempunyai varian yang begitu banyak dengan berbagai variabel yang dapat
diubah-ubah. Variabel yang dimaksudkan di sini adalah nilai-nilai kehidupan.
Nilai-nilai itu dikombinasikan antara satu sama lain. Kadang yang dipergunakan
adalah yang ini, kadang pula diabaikan nilai yang itu.
Jenis Struktur Organisasi Multinational
1. Divisi
Fungsional Sedunia, anak-anak perusahaan diorganisasikan menurut jalur
fungsional – manufatur, pemasaran dan keuangan. Area-area fungsional di anak
perusahaan ini melapor langsung pada pasangan fungsional mereka di perusahaan
induk. Dengan pengaturan ini, semua perencanaan startegis bagi MNC harus
dilakukan pada tingkat eksekutif puncak di perusahaan induk, karena data yg
mengintegrasikan seluruh operasi tak terdapat pada tingkat yg lebih tinggi
Penggunaan Komputer di Pasar Internasional Perusahaan Multinasional.
2. Divisi
Internasional Dalam struktur ini, anak-anak perusahaan diluar negeri melapor
pada suatu divisi internasional MNC yg terpisah dari divisi induk. Untuk semua
keperluan praktis, MNC ini sebenarnya dua organisasi terpisah – satu yang
mendukung operasi domestik dan – satu yg mendukung anak-anak perusahaan.
Penggunaan Komputer di Pasar Internasional Perusahaan Multinasional.
3. Wilayah
Geografis Dalam struktur ini, MNC membagi operasinya menjadi wilayah-wilayah
dan tiap wilayah bertanggung jawab atas anak-anak perusahaan yg berlokasi dalam
batasnya. Staff kantor pusat pada perusahaan induk biasanya sedikit, dan
mengkoordinasikan arus informasi antara perusahaan induk dan anak perusahaan.
Keurangan struktur ini adalah tak adanya komunikasi antar wilayah Penggunaan
Komputer di Pasar Internasional Perusahaan Multinasional.
4. Divisi
Produk Sedunia Dalam struktur ini, perusahaan diorganisasikan menurut jalur
divisi produk , dan tiap divisi bertanggung jawab atas operasi mereka sendiri
diseluruh dunia. Keunggulannya, struktur ini memungkinkan MNC lebih mudah
mengenali beragam kebutuhan produk dari berbagai anak perusahaan dan
menyesuaikan lini produk menurut kebutuhan tersebut. Dtruktur organisasi ini
menyediakan hubungan pelaporan yg berlainan antara perusahaan induk dan anak
perusahaan Penggunaan Komputer di Pasar Internasional Perusahaan Multinasional.
Pembentukan Team Kerja Multinasional
Kebijakan
Penarikan dan Penempatan Tenaga Kerja
1. Ekspatriasi
Ekspatriat atau ekspatriasi
berarti tindakan meninggalkan tanah air untuk berdiam di negara lain untuk
selamanya. Beberapa tahun baru-baru ini menunjukkan adanya pertumbuhan
perusahaan yang beroperasi di tingkat multinasional atau mempunyai
cabang-cabang di berbagai Negara. Peran penunjukan internasional (international assignments) memainkan
fungsi strategi yang utama dalam operasi global perusahaan, dengan penelitian
yang mengindikasikan perluasan dari sebuah penunjukan ekspatriat di masa depan
(Windham International and National Foreign Trade Council, Inc., 1998).
Ekspatriat memainkan peranan yang penting dalam melakukan perundingan bersama,
manajemen anak perusahaan, pengembangan tempat pemasaran baru, transfer teknologi,
dan secara umum adalah untuk mengembangkan kompetensi global perusahaan
(Caligiuri, 2000). Oleh karena itulah seleksi individu untuk menjalankan peran
sebagai penunjukan ekspatriat nampak luas dan sebagai kuncinya adalah kebijakan
strategi dalam seleksi.
Jenis ekspatriat dapat dibedakan berdasarkan tugas
yang dilakukan, karena tidak semua individu yang bekerja sebagai ekspatriat
mempunyai tugas yang sama.
1.
Ekspatriat yang bersifat sukarela
Merupakan orang yang ingin bekerja di luar negeri
untuk periode tertentu karena kepentingan pengembangan karir secara individu.
Seringkali, ekspatriat ini sukarela untuk ditugaskan dalam jangka pendek kurang
dari 1 tahun sehingga mereka dapat mempunyai pengalaman mengenai kebudayaan
lain.
2.
Eskpatriat tradisional
Merupakan professional dan manajer yang ditugaskan
untuk bekerja di luar negeri selama satu sampai tiga tahun. Mereka
kemudian dirotasikan ke kantor pusat.
3.
Ekspatriat untuk pengembangan karir
Ditempatkan di luar negeri untuk mengembangkan
kemampuan manajemen dari perusahaan. Mereka dapat bertugas satu sampai tiga
kali rotasi di negara-negara yang berbeda, sehingga mereka dapat mengembangkan
suatu pengertian yang luas mengenai operasi secara internasional.
4.
Ekspatriat global
Mereka yang berpindah dari satu negara ke negara lain.
Seringkali mereka lebih sering bekerja secara internasional daripada bekerja di
negara asal.
2. Identifikasi Aspek Yang Mempengaruhi
Efektifitas Ekpatriasi
Banyak perusahaan multinasional
menggunakan ekspatriat untuk menjamin efektivitas operasi perusahaan sejalan
dengan kebijakan kantor pusat. Pada umumnya, ekspatriat dapat juga digunakan
untuk mengembangkan kemampuan internasional di dalam organisasi. Ekspatriat
yang berpengalaman dapat menjadi sumber yang mendukung suatu organisasi untuk berkembang
menjadi sumber yang mendukung suatu organisasi untuk berkembang lebih global.
Dengan menggunakan ekspatriat maka kebutuhan akan keterampilan teknis dan
manajerial di host country dapat
terpenuhi. Ekspatriat juga dapat membagi pengetahuan mereka akan sistem dan
budaya perusahaan dengan karyawan di negara tujuan. Selain itu, penempatan
ekspatriat di luar negeri dapat memudahkan perusahaan dalam mengawasi dan
mengontrol operasi perusahaan di masing-masing negara. Bagi ekspatriat sendiri,
mendapat penugasan di luar negeri merupakan keuntungan tersendiri karena mereka
akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak sehingga dapat dipromosikan untuk
jabatan yang lebih tinggi. Kehadiran para ekspatriat sendiri sangat diperlukan
karena pada kenyataannya ekspatriat memiliki kinerja yang berbeda dengan
pegawai lokal sehingga mereka mampu memberikan kinerja yang lebih maksimal bagi
perusahaan.
3. Perencanaan
Pelatihan Untuk Ekpatriasi
Ekspatriat
yang dikirim ke luar negeri akan menghadapi beberapa masalah, salah satunya
adalah “culture shock”
karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan kebudayaan di negara tujuan.
Pelatihan dan pengembangan untuk karyawan-karyawan internasional fokus pada
orientasi dan pelatihan sebelum keberangkatan, perkembangan karyawan yang berkelanjutan,
dan pelatihan penyesuaian kembali untuk ekspatriat. Ekspatriat yang dikirim ke
luar negeri perlu dibekali dengan pelatihan bahasa dan budaya, konseling karir,
serta kemampuan teknis lain yang dibutuhkan demi menunjang kinerjanya dan
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Keluarga
ekspatriat juga perlu diperhatikan dalam pengiriman karyawan ke luar negeri
karena kebanyakan kasus yang terjadi atas kegagalan ekspatriat ini dikarenakan
persoalan keluarga sehingga kemudian fasilitas penunjang yang diberikan untuk
keluarganya sangatlah penting (Wild
et. al., 2008:551).
Pelatihan (training)
adalah instruksi yang diarahkan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan
khusus yang berhubungan dengan pekerjaan. Menilai kebutuhan pelatihan sebelum perusahaan
mengadakan program pelatihan atau pengembangan, perusahaan harus menilai
kebutuhan yang sesungguhnya. Proses penilaian ini meliputi
penentuan perbedaan antara apa yang dapat dikerjakan oleh manajer dan
karyawan, dan apa yang menurut perusahaan harus dapat dilakukan oleh mereka.
Perusahaan yang baru melakukan bisnis internasional memiliki kebutuhan
pelatihan dan pengembangan yang berbeda dengan perusahaan global yang sudah
mapan. Perusahaan yang baru melakukan internasionalisasi memiliki sedikit, jika
ada, manajer internasional berpengalaman. Karena itu, kebutuhan pelatihan
dan pengembangan menjadi sangat penting. Sebaliknya, perusahaan global memiliki
kader manajer yang terlatih dan berpengalaman dengan latar belakang, keahlian,
dan kemampuan internasional. Namun demikian, perubahan organisasi juga
membutuhkan pelatihan. Pelatihan digunakan untuk meningkatkan kemampuan teknis
maupun untuk memotivasi serta memberdayakan karyawan.
4. Motivasi
Kerja dan Kepimpinan dalam Bisnis Internasional
Motivasi
Kerja
Motivasi merupakan dorongan yang
diberikan seseorang kepada orang lain untuk bersemangat melakukan sesuatu.
Dalam bisnis internasional manejemen menghadapi tantangan dalam memotivasi
krayawannya untuk mengembangkan produk baru, dan memperbaiki pelayanan konsumen.
Sehingga motivasi menyebabkan seseorang memilih perilaku tertentu bukannya
beberapa perilaku lainnya.
Poin awal dalam memahami motivasi adalah
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan nilai. Kebutuhan adalah apa yang harus
atau ingin dimiliki seseorang, sedangkan nilai adalah apa yang dianggap penting
oleh seseorang. Kebutuhan setiap individu berbeda-beda muali dari kebutuhan
primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan sekunder seringkali terwujud dalam
pengaturan organisasi. Misalnya, jika seseorang merasa puas dengan
pekerjaannya, maka penghargaan yang diberikan organisasi juga harus sesuai
dengan kebutuhannya. Jika sesorang membutuhkan kesempatan promosi tentu
penghargaan dengan memberikan kantor yang bagus tentu belum cukup baginya.
Sedangkan nilai-nilai lebih dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya, pengalaman
dan budaya.
Pemebrian motivasi kepada para pekerja
di bisnis internasional sangat berbeda tergantung latar belakng budaya atau
prilaku dari individu-individu tersebut. Misalnya, manejer dan karyawan di
negara yang individualistic akan sangat termotifasi oleh kebutuhan dan
penghargaan yang sifatnya individualis. Kesempatan untuk mendemonstarsikan
kompetensi dirinya untuk menerima pengakuan dari orang lain mungkin akan sangat
menarik baginya. Sebaliknya, orang dari budaya kolektif akan sangat termotivasi
oleh kebutuhan dan penghargaan yang sifatnya kelompok. Konflik
dapat dengan mudah muncul ketika mekanisme perusahaan internasional dalam
memotivasi karyawannya berbenturan dengan sikap budaya. Bayak manajer Amerika
yang bekerja di Jepang mengalami kesulitan dengan system kompensasi yang
berbasis senioritas dan kinerja kelompok yang dianut di Jepang.
Kepemimpinan
Menurut Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership
is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a
commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization
or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat
didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi
aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang
untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson
(1988), "leadership means using power to influence the thoughts and
actions of others in such a way that achieve high performance".
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan
memiliki beberapa implikasi. Antara lain:
-
Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau
pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau
bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun
demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
-
Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang
yang dengan kekuasaannya (his or her power) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja
yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh
para pemimpin dapat bersumber dari:
a. Reward power,yang didasarkan atas persepsi
bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan
penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
b. Coercive power, yang
didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan
hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
c. Legitimate power, yang
didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyaihak untuk menggunakan
pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
d. Referent power, yang
didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosokpemimpin. Para
pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya,
reputasinya atau karismanya.
e. Expert power, yang didasarkan atas persepsi
bawahan bahwa pemimpinadalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai
keahlian dalam bidangnya.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
-
Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap
diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion),
pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan
(commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan
kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun
organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan
manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda. Perbedaan antara
pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995).
Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan
perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do
things right and leaders are people who do the right thing, ").
Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara
tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien
mungkin.
5. Kebijakan
sistem pengendalian kinerja
Kinerja dievaluasi pada berbagai tingkat
yang berbeda – beda di dalam perusahaan mulai dari manajemen puncak, menengah
maupun tingkat operasi, yaitu pekerja produksi dan karyawan penjualan. Ada 2 jenis
pengendalian dalam perusahaan yaitu:
1. Pengendalian
manajemen : evaluasi terhadap kinerja para manajer pada tingkat menengah
yang dilakukan oleh manajer pada tingkat yang lebih tinggi
2. Pengendalian
operasional : evaluasi terhadap karyawan pada tingkat operasi oleh manajer pada
tingkat menengah.
·
Pengendalian Operasional
Versus Pengendalian Manajemen
a.
Pengendalian
Operasional
-
Fokus : Jangka pendek
-
Pendekatan :
pendekatan manajemen berdasarkan pengecualian yang berarti pengendalian ini
menentukna unit – unit atau individu – individu yang kinerjanya tidak
sesuai dengan yang diharapkan sehingga masalah tersebut dapat diperbaiki.
- Tujuan : Lebih sempit
- Ukuran kinerja :
umumnya satu
ukuran keuangan atau operasional
b.
Pengendalian
manajemen
- Fokus : Jangka
panjang
- Pendekatan : pendekatan
manajemen berdasarkan tujuan jangka panjang seperti pertumbuhan dan
profitablitas ditentukan dan kinerjanya diukur secara periodik atau berkala
berdasarkan tujuan ini.
- Tujuan : Lebih luas
dan strategis
- Ukuran kinerja :
umumnya banyak ukuran kinerja
·
Tujuan
Pengendalian Manajemen
Unit bisnis strategis atau strategic business unit (SBU)
terdiri atas seperangkat aktivitas operasi yang dapat dikendalikan yang menjadi
wilayah tanggung jawab manajer SBU. Pada umumnya, para manajer mempunyai hak
otonomi untuk membuat keputusan serta mengelola sumber daya manusia dan fisik
sebuah SBU. Tujuan pengendalian manajemen adalah:
1. Memotivasi
para manajer menggunakan upaya yang sangat tinggi untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan manajemen puncak
2. Menyediakan
insentif yang tepat untuk para manajer agar membuat keputusan yang konsisten
dengan tujuan yang ditetapkan manajemen puncak
3. Menentukan
secara adil penghargaan yang diperoleh para manajer atas usaha dan keahlian
serta efektivitas mereka dalam mengambil keputusan.
·
Kontrak
Kerja
Model ekonomi yang disebut sebagai model prinsipal agen
adalah sebuah portotipe berisi elemen – elemen penting yang harus terdapat
dalam kontrak untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Terdapat dua aspek
penting yang mempengaruhi hubungan kontrak yaitu:
1. Ketidakpastian yang terjadi karena perusahaan beroperasi
dalam suatu lingkungan yang dipengaruhi banyak faktor diluar kendali perusahaan
sehingga terdapat derajat ketidakpastian efektivitas tindakan manajemen dalam
mengendalikan pekerjaan tersebut.
2. Ketidakmampuan
manajemen puncak untuk mengamati usaha dan keputusan yang dibuat dan
dilakukan manajer. Kedua
hal tersebut membuat hubungan kontrak menjadi rumit sehingga kontrak kerja
harus memahami dan menerapkan
tiga prinsip, yaitu:
a. Kontrak
seharusnya memisahkan hasil dari tindakan manajer dengan usaha dan keahlian
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan manajer, artinya memisahkan antara
kinerja manajer dan dari kinerja SBU.
b. Kontrak
seharusnya mencakup hal yang dikendalikan manajer. Serupa dengan prinsip
pertama, namun prinisip kedua ini tidak memasukan faktor – faktor yang tidak dapat
dikendalikan yang diketahui dari kontrak.
c. Kontrak
seharusnya mengakui penghindaran risiko manajer sehingga mencakup keputusan
yang relatif berisiko dan tidak bias untuk menghindari keputusan dengan ahsil
yang tidak pasti.
Desain sistem pengendalian manajemen untuk evaluasi dimulai dengan identifikasi
secara jelas siapa, apa, dan kapan, berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan.
a. Siapa
yang mengevaluasi kinerja organisasi?
b. Apa
yang sedang dievaluasi?
c. Kapan
evaluasi kinerja dilakukan?
Terdapat dua pertimbangan yaitu:
a. Evaluasi
didasarkan pada input sumber daya maupun pada output dari usaha – usaha
manajer, bisa dengan anggaran induk maupun anggaran fleksibel
b. Evaluasi
didasar pilihan waktu yang lain yaitu siklus hidup produk.
6. Kebijakan
imbalan
Pada perusahaan multy national company
(“MNC”) atau trans national company (“TNC”), walau tergabung dalam satu owners
atau group (holding company) akan tetapi eksistensinya pada
setiap negara –umumnya– merupakan entity yang berdiri sendiri atau
merupakan subsidiary dari holding company dimaksud. Dengan
demikian, biarpun satu group dalam TNC atau MNC, akan tetapi karena entity-nya
ada pada negara yang berbeda kebijakannya, maka bisa jadi terdapat perbedaan syarat-syarat
kerja atau terms and conditions, sehingga juga terdapat
perbedaan hak/kewajiban terhadap pekerja.
Kebijakan imbalan akan sangat dipengaruhi oleh falsafah imbalan
organisasi. Kebijakan imbalan akan berkaitan dengan:
1.
Tingkat
Imbalan
Kebijakan gaji, dimana disebut
posisi gaji tergantung pada sejumlah faktor. Faktor tersebut mencakup seberapa
tinggi prestasi dituntut dari karyawannya, tingkat persaingan untuk mendapatkan
orang berkualitas baik, posisi imbalan yang diberlakukan, budaya organisasi,
mampu tidaknya perusahaan membayar gaji tinggi.
2.
Besarnya Imbalan dan Persamaan Pasar
Kebijakan imbalan perlu
dirumuskan dengan memperhitungkan pengaruh pasar, tetapi bukan berarti harus
sama persis dengan tingkat harga pasar. Kebijakan ini akan dipengaruhi oleh
falsafah imbalan perusahaan dan tekanan bisnis untuk bisa mendapatkan dan
mempertahankan staf berkualitas tinggi. Setiap perusahaan harus menarik dan
mempertahankan staf yang banyak dibutuhkan dimana harga imbalan di pasar pasti
tinggi, sehingga kemungkinan harus mengorbankan persamaan internal ideal untuk
menghadapi kenyataan di pasar.
3.
Hubungan Imbalan dengan Kinerja Bisnis
Aspek kebijakan imbalan
menghubungkan kinerja bisnis dengan gaji. Kebijakan ini memperhitungkan
seberapa jauh besarnya gaji mengikuti hasil bisnis. Kemampuan membayar dan
besarnya nilai yang diperoleh perusahaan dan besarnya uang yang dikeluarkan
untuk gaji juga menjadi pertimbangan yang penting. Kebijakan ini akan mencakup
bagaimana pengoprasian bagi hasil dan bagi keuntungan.
4.
Imbalan Kontigen
Kebijakan imbalan perlu
menentukan apakah organisasi ingin memberi gaji atas kinerja, keterampilan atau
kompetensi.
5.
Fleksibilitas
Kebijakan imbalan harus
mempertimbangkan seberapa fleksibel proses imbalan beroperasi dalam menanggapi
kondisi yang berubah cepat. Kebijakan imbalan harus mempertimbangkan untuk
mengadopsi struktur organisasi yang tidak begitu kaku, pendekatan manajemen
yang agak luwes, serta perubahan atau variasi kebutuhan perusahaan atau
karyawannya.
6.
Melibatkan Karyawan
Kebijakan dan praktik imbalan
akan diterima dan dipahami, dan akan menjadi efektif jika karyawan dilibatkan
dalam proses desain dan pengelolaan imbalan. Keterlibatan karyawan amat penting
terutama dalam evaluasi jabatan dan penetapan metode pengukuran dan penilaian
kinerja, serta menghubungkan imbalan dengan kinerja tersebut.
7.
Mengoptimalkan Pada Karyawan
Proses imbalan merupakan media
untuk menyampaikan pesan kepada karyawan mengenai nilai-nilai perusahaan dan
kontribusi yang diharapkan dari mereka untuk memegang nilai-nilai tersebut dan
mencapai tujuan perusahaan.
8.
Transparansi
Perusahaan di sektor swasta
selalu menyimpan informasi mengenai rahasia kebijakan gaji. Saat ini, kebijakan
semacam itu tidak bisa lagi dipertahankan. Karyawan bisa merasakan bahwa proses
manajemen imbalan dalam perusahaan bersifat adil hanya apabila mereka tahu apa
kebijakan gaji tersebut dan penggunaanya untuk menentukan tingkat gaji mereka
serta metode kenaikannya.
7. Kebijakan
repatriasi
Manajemen PCN yang bertugas di
luar negeri untuk waktu yang lama menghadapi tantangan akulturasi yang berat.
Bekerja dan mengatasi budaya asing dapat menimbulkan benturan budaya (cultural
shock), fenomena psikologis yang dapat menimbulkan rasa takut, putus asa,
jengkel, dan disorientasi. Ekspatriat baru akan mengalami kehilangan lingkungan
budaya aslinya dan juga merasa bingung, tertolak, ragu dengan diri sendiri, dan
berkurangnya rasa harga diri karena bekerja di tempat baru yang mempunyai
budaya yang tidak dikenal.
Salah satu solusi sederhana adalah memberikan
pelatihan bahasa dan budaya sebelum keberangkatan bagi ekspatriat dan
keuarganya. Dengan ini mereka dapat memahami dan mengantisipasi penyesuaian
budaya yang harus dijalani. Perusahaan internasional juga harus memberikan
pelatihan pada repatriasi – memulangkan kembali ekspatriat ke negara asalnya
setelah menyelesaikan tugas-tugas – seperti yang mereka lakukan pada
ekspatriat. Salah satu kesulitan repatriasi adalah orang cenderung berasumsi
bahwa tidak terjadi perubahan di tempat asalnya. Sehingga manajer yang
direpatriasi memerlukan penyesuaian kembali yang sedikit sulit dan memerlukan perhatian
baik dari manajer maupun perusahaan. Pada dasarnya masalah ekspatriasi dan
repatriasi dapat dikurangi jika perusahaan internasional secara sistematis
memberikan program pengembangan karir bagi manajer ekspatriat. Riset yang dilakukan,
menunjukkan bahwa tingkat kesuksesan manajer dalam melakukan tugas di luar
negeri akan meningkat jika:
· Dapat dengan bebas memilih untuk menerima atau menolak
tugas di luar negeri
· Diberi gambaran yang realistis tentang pekerjaan yang
baru.
· Diberi ekspektasi yang realistis tentang bagaimana
tugas repatriasi yang akan dikerjakan
· Memiliki mentor di negara asal yang akan menjamin
kepentingan manajer dan memberikan dukungan baik dalam lingkungan kerja maupun
sosial selama tugas
· Melihat hubungan yang jelas antara tugas luar negeri
dan jalur karir jangka panjang.
Rebat FBS TERBESAR – Dapatkan pengembalian rebat atau komisi
BalasHapushingga 70% dari setiap transaksi yang anda lakukan baik loss maupun
profit,bergabung sekarang juga dengan kami
trading forex fbsasian.com
-----------------
Kelebihan Broker Forex FBS
1. FBS MEMBERIKAN BONUS DEPOSIT HINGGA 100% SETIAP DEPOSIT ANDA
2. FBS MEMBERIKAN BONUS 5 USD HADIAH PEMBUKAAN AKUN
3. SPREAD FBS 0 UNTUK AKUN ZERO SPREAD
4. GARANSI KEHILANGAN DANA DEPOSIT HINGGA 100%
5. DEPOSIT DAN PENARIKAN DANA MELALUI BANL LOKAL
Indonesia dan banyak lagi yang lainya
Buka akun anda di fbsasian.com
-----------------
Jika membutuhkan bantuan hubungi kami melalui :
Tlp : 085364558922
BBM : fbs2009
If you're trying to burn fat then you have to try this totally brand new tailor-made keto plan.
BalasHapusTo create this keto diet service, certified nutritionists, fitness trainers, and professional chefs joined together to develop keto meal plans that are effective, suitable, price-efficient, and delicious.
Since their launch in 2019, thousands of clients have already completely transformed their body and health with the benefits a certified keto plan can offer.
Speaking of benefits: clicking this link, you'll discover 8 scientifically-confirmed ones given by the keto plan.