1.
Agen
Penjualan dan Kantor Cabang
Masalah teknis antara agen dan kantor cabang
seringkali digunakan untuk menjelaskan perbedaan keduanya. Kegiatan agen adalah
memamerkan barang dagangan dan menangani pesanan pelanggan, mereka tidak
mempunyai persediaan untuk memenuhi pesanan pelanggan ataupun untuk menangani
kredit pelanggan.
Agen bukan merupakan entitas dan
juga bukan kesatuan usaha yang terpisah. Biasanya pencatatan akuntansi
yang diperlukan untuk kegiatan agen ini hanya penerimaan dan pengeluaran kas,
yang diperlakukan sama seperti sistem kas kecil (petty cash).Pencatatan
atas penjualan yang dilakukan oleh agen, biaya-biaya yang berhubungan dengan
penjualan, dan biaya lain-lain dicatat oleh sistem akuntansi kantor pusat.
Sebaliknya kantor cabang memiliki persediaan,
melakukan penjualan kepada pelanggan, menangani kredit pelanggan, menagih
piutang, mencatat biaya yang terjadi, dan kegiatankegiatan lain yang biasa
dilakukan oleh suatu perusahaan. Kegiatan-kegiatan tersebut dicatat berdasarkan
sistem akuntansi kantor cabang.
2.
Pembukuan
Agen Penjualan
Seperti telah diuraikan sebelumnya, bahwa
agen penjualan tidak memerlukan sistem akuntansi yang lengkap untuk
mencatat aktivitasnya yang terbatas. Agen cukup menyelenggarakan buku kas untuk
mencatat penerimaan modal kerja dari kantor pusat dan pengeluaran-pengeluaran
kas untuk biaya-biaya operasinya yang didukung oleh bukti-bukti pengeluaran.
Karena digunakan inprest fund system (sistem
dana tetap) maka pada saat mdal kerja hampir habis maka catatan pengeluaran kas
beserta bukti-bukti pengeluarannya dikirimkan ke kantor pusat untuk dimintakan
pengisian kembali.
Apabila terjadi penjualan oleh agen maka
harga pokok penjualannya harus ditentukan. Jika digunakan sistem perpetual, pencatatannya
dengan mendebit pada perkiraan “harga pokok penjualan agen A” dan mengkredit
pada “persediaan barang dagangan”. Sedangkan jika digunakan sistem periodik,
dengan mendebit perkiraan “harga pokok penjualan agen A” dan mengkredit
“pengiriman pada agen”. Ayat-ayat jurnal ini hanya dicatat pada akhir periode
akuntansi oleh kantor pusat, setelah menerima catatan (memorandum) dari
agen-agen.
3.
Sistem
Akuntansi Kantor Cabang
Penerapan kegiatan akuntansi pada sebuah
kantor cabang tergantung pada kebijaksanaan perusahaan. Kebijaksanaan suatu
perusahaan mungkin menggunakan sistem akuntansi :
1.
Pencatatan untuk kantor
cabang dilakukan pada kantor pusat (sentralisasi).
2.
Pencatatan untuk kantor
cabang dilakukan pada kantor cabang dan kantor pusat.
3.
Pencatatan untuk kantor
cabang hanya dilakukan pada kantor cabang.
1)
Pencatatan
untuk kantor cabang dilakukan pada kantor pusat (sentralisasi)
Pada
prinsipnya sama dengan untuk agen penjualan dimana kantor cabang membuat
dokumen-dokumen dasar seperti faktur penjualan, catatan waktu kerja, dan
bukti-bukti pendukung transaksi lainnya yang tembusannya atau aslinya
dikirimkan ke kantor pusat untuk dicatat di dalam buku jurnal dan buku besar
kantor pusat.
2)
Pencatatan
untuk kantor cabang dilakukan pada kantor cabang dan kantor pusat
Pada
cara ini kantor cabang membuat jurnal awal secara lengkap yang salinannya
dikirimkan ke kantor pusat untuk dicatat dalam jurnal umum dan buku besar.
3) Pencatatan
untuk kantor cabang hanya dilakukan pada kantor cabang (desentralisasi)
Pada
cara ini, setiap cabang membuat pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi
pada kantor cabang secara lengkap yang meliputi jurnal, buku besar dan
buku-buku pembantu.Laporan keuangan disiapkan secara tahunan oleh kantor cabang
dan dikirimkan ke kantor pusat. Prinsip-prinsip akuntansi, sistem pengendalian
internal, format dan isi laporan keuangan ditentukan oleh kantor pusat. Laporan
keuangan yang terpisah antara kantor cabang dan kantor pusat digabungkan
menjadi laporan keuangan tunggal untuk tujuan pelaporan eksternal.
4.
Pengiriman
Barang dagangan di Atas Harga Pokok
Banyak
perusahaan menggunakan harga transfer di atas harga pokok untuk pengiriman
internal ke cabang-cabang mereka. Beberapa perusahaan menetapkan harga transfer
pada harga jual normal, sementara yang lainnya menggunakan mark-up standar. Ada
juga perusahaan yang menetapkan harga transfernya melalui formula-formula
kompleks. Alasan yang mendasari penetapan harga standar di atas harga pokok, antara
lain ialah agar alokasi pendapatan antarunit dalam perusahaan dilakukan dengan
wajar, agar harga persediaan ditetapkan dengan efisien dan agar margin laba
dari tiap-tiap cabang diungkapkan dengan sebenarnya.
1) Pengiriman ke
Cabang dicatat pada Harga Pokok
Ketika kantor pusat mengirim barang dagangan kepada
cabangnya dengan harga transfer di atas harga pokok, pencatatan akuntansi pada
buku kantor pusat harus disesuaikan dengan biaya aktual dari barang yang
dikirim. Ini dilakukan melalui akun “tambahan laba cabang” atau laba yang belum
direalisasi. Sebagai contoh, kantor pusat PT Fabiola mengirirm barang dagangan
sejumlah Rp100.000.000 ke cabangnya di Tegal dengan mark-up sebesar 20% di atas
harga pokok. Ayat jurnal yang harus dibuat :
Buku Kantor
Pusat
Cabang Tegal Rp
120.000.000
Pengiriman
ke Cabang Tegal Rp
100.000.000
Laba
belum direalisasi Cabang Tegal 20.000.000 Untuk mencatat pengiriman ke
Cabang Tegal 120% dari harga pokok
Buku Kantor
Cabang Tegal
Pengiriman dari kantor pusat Rp 120.000.000
Kantor
pusat Rp
120.000.000 Untuk mencatat penerimaan persediaan dari kantor pusat
Ayat jurnal untuk mencatat transfer barang dagangan
dengan harga diatas harga pokok tidak mengubah hubungan resipokal akun kantor
pusat maupun cabang, tetapi mempengaruhi hubungan akun pengiriman kantor pusat
dan cabang, karena pada saat pencatatan akun “Pengiriman ke Cabang” dikredit
sebesar biaya sedangkan akun “Pengiriman dari Kantor Pusat” didebit sebesar
harga transfer. Perbedaan pada akun ini disebabkan adanya mark-up yang
ditunjukkan pada akun laba belum direalisasi cabang.
2) Pengiriman
ke Cabang Dicatat pada Harga Penagihan (Billing Prices)
Beberapa perusahaan mencatat
pengiriman barang ke cabang berdasarkan harga penagihan dan menyesuaikan akun
laba belum direalisasinya hanya pada akhir periode akuntansi. Pada saat
pendekatan ini digunakan, saldo akun laba belum direalisasi selama periode
akuntansi mencerminkan laba yang belum direalisasi pada persediaan awal cabang,
dan akun pengiriman ke cabang mencakup
laba belum direalisasi untuk periode berjalan.
Untuk lebih jelas, anggaplah PT
Fabiola mengirim barang ke Cabang Tegal dengan harga penagihan :
Buku Kantor Pusat
Cabang Tegal Rp
120.000.000
Pengiriman
ke Cabang Tegal Rp
120.000.000
Dengan jurnal ini akun pengiriman
kantor pusat dan cabang akan memiliki saldo yang sama, tetapi diperlukan dua
ayat jurnal penyesuaian akhir tahun :
Buku Kantor Pusat :
Pengiriman ke Cabang Tegal Rp
20.000.000
Laba
belum direalisasi Cabang Tegal Rp
20.000.000
Untuk menyesuaikan pengiriman
dengan basis biaya
Laba belum direalisasi Cabang
Tegal Rp
18.000.000
Laba
Cabang Tegal Rp
18.000.000
Untuk menyesuaikan laba cabang
atas realisasi mark-up pada pengiriman ke cabang
Jurnal pertama menyesuaikan akun
pengiriman ke cabang dan akun laba belum direalisasi dengan memunculkan saldo
masing – masing Rp 100.000.000 dan Rp 20.000.000. Jurnal kedua sama seperti
yang dijelaskan di depan yaitu untuk menyesuaikan laba cabang dari laba belum
direalisasi.
Strange "water hack" burns 2 lbs overnight
BalasHapusWell over 160 thousand women and men are utilizing a simple and SECRET "water hack" to burn 1-2 lbs each and every night in their sleep.
It's painless and works all the time.
Here are the easy steps for this hack:
1) Go get a drinking glass and fill it up with water half full
2) And now learn this awesome HACK
and become 1-2 lbs lighter the next day!